BAB I
PENDAHULUAN
Yoga berasal dari bahasa Sanskerta “yuj”, artinya menghubungkan atau hubungan, yakni hubungan yang harmoni dengan objek yoga. Maharsi Patanjali dalam kitabnya, Yogasutra (I:2) mendefinisikan yoga: yogas citta vrtti nirodhah. Artinya mengendalikan gerak-gerik pikiran, atau cara untuk mengendalikan tingkah-polah pikiran yang cenderung liar, bias, dan lekat terpesona oleh aneka ragam objek (yang dikhayalkannya) memberi nikmat. Objek keinginan yang dipikirkan member rahasia nikmat itu lebih sering kita pandang ada di luar diri. Bagi Sang Yogin, inilah pangkal kemalangan manusia (Yoga Marga Rahayu, 2010:6).
Yoga secara harfiah berasal dari suku kata “Yuj” yang memiliki arti menyatukan atau menhubungkan diri dengan Tuhan. Kemudian Patanjali memberikan difinisi tentang Yoga yaitu mengendalikan gerak-gerak pikiran. Ada 2 hal yang penting sebagai seorang praktisi Yoga adalah melatih secara terus-menerus sekaligus tidak terikat dengan hal-hal duniawi. Dengan kedua cara inilah seorang bisa mencapai keberhasilan dalam latihan Yoga (Yoga dan Ayurveda, 2009:23).
Ajaran Yoga adalah anugerah yang luar biasa besarnya dari Rsi Patanjali kepada siapa saja yang melakukan hidup kerohanian. Ajaran ini merupakan bantuan kepada mereka yang ingin menginsyafi kenyataan adanya Roh sebagai asas yang bebas, bebas dari tubuh, indriya, dan pikiran yang terbatas (Darsana, 1995:165).
Yoga sangat bermanfaat, baik itu bagi fisik, mental, maupun spiritual. Fisik: Jaringan kelenjar endokrin yang penting tersebut dikendalikan dan diatur sehingga sejumlah hormon yang berbeda dikeluarkan dari semua kelenjar dalam tubuh. Hal ini memiliki dampak tak langsung pada kesehatan fisik dan juga pada sikap mental kita terhadap kehidupan. Sekalipun satu kelenjar tidak berfungsi, kerugian yang nyata dalam kesehatan kemungkunan akan dialami. Oleh karena itu, adalah sangat penting bahwa jaringan ini dipelihara pada keadaan yang maksimum. Organ-organ tubuh yang sakit dapat diperbaiki, diremajakan kembali, dan didorong untuk melakukan tugas normal mereka melalui latihan asana yang teratur. Otot dan tulang, syaraf, kelenjar, jalan pernafasan, pembuangan, dan system peredaran darah diserasikan sehingga semua system jaringan tersebut saling membantu. Asana membuat tubuh lentur dan mampu mengatur dirinya dengan mudah untuk mengubah lingkungan. Fungsi-fungsi pencernaan dirangsang agar jumlah yang tepat dari getah-getah pencernaan (air liur, ensim, dan lain-lain) mengalir. Sistem simpati, dan parasimpati dibawa kedalam keadaan yang seimbang agar organ-organ dalam yang mereka kendalikan tidak terlalu aktif maupun kurang aktif. Untuk ringkasnya bahwa asana akan memelihara tubuh jasmani kita pada keadaan yang paling baik dan mendorong tubuh yang tidak sehat menjadi sehat. Sedangkan pada mental: yoga asana membuat pikiran kuat dan mampu menahan rasa sakit dan kemalangan. Daya penentu dan konsentrasi perlu dikembangkan. Keseimbangan dan vitalitas menjadi keadaan pikiran normal setelah melaksanakan latihan yoga asana yang teratur. Anda akan mampu menghadapi penderitaan, kegelisahan, dan masalah-masalah dunia dengan tenang tanpa terganggu. Keseimbangan pikiran dikembangkan, hidup menjadi mudah, dan berbagai kesulitan menjadi batu loncatan untuk menyempurnakan kesehatan mental. Latihan yoga asana melepaskan berbagai kemampuan terpendam sehingga seseorang mampu menyebarkan kepercayaan, dan membangkitkan orang lain dengan ucapan, tingkah laku, dan perbuatannya. Sedangkan pada spiritual: yoga asana merupakan langkah ketiga dalam delapan tahapan jalan raja yoga yang tujuannya adalah untuk membuat tubuh kita mantap bagi tehnik-tehnik yang lebih tinggi dari pratyahara (penarikan indra-indra), dharana (konsentrasi), dhyana (meditasi), yang membawa pada puncaknya, yaitu Samadhi (realisasi kosmis) (Asana Pranayama Mudra Bandha, 2002:3&4).
Dalam buku Shidma Yoga dituliskan juga pengertian yang berbeda tentang yoga. Yoga adalah suatu sistem kesehatan paripurna yang bermanfaat untuk meningkatkan kesehatan fisik, memberikan ketenangan pikiran, dan kedamaian jiwa (Shidma Yoga, 2011: 1).
Tujuan riil (jangka pendek) orang belajar yoga adalah agar menjadi manusia rahayu: sehat dan bahagia lahir-batin, tidak sakit-sakitan, terhindar dari penderitaan. Agar menjadi manusia sadar: dapat melaksanakan tugas hidup sebagaimana mestinya. Sementara tujuan ideal (jangka panjangnya), seperti telah disebutkan diatas adalah agar mendapat pengalaman religious, yakni mengetahui, memahami, dan mengalami kemanunggalan dengan Sang Jati Diri, manunggalnya atman “roh individu” dengan Atman atau Brahman ‘Roh Semesta, Tuhan’. Akan tetapi, bagi pengagum daya magis, sidhi’kekuatan Supranatural’ itulah dijadikan tujuan utamanya, maka ia melaksanakan yoga yang khas (Yoga Marga Rahayu, 2010:9).
Namun dalam buku Asana Pranayama Mudra Bandha dijelaskan juga pengelompokkan asana yang berbeda dengan buku Gheranda Samhita. Dalam buku (Asana Pranayama Mudra Bandha) ini asana telah dibagi menjadi kelompok-kelompok utama yang berbeda. Tidak perlu melakukan semua asana, atau hal yang tidak mungkin bagi orang modern sibuk yang mempunyai waktu luang terbatas. Asana digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: Pemula, Tingkat menengah, dan tingkat tinggi.
Kelompok pemula seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang sebelumnya tidak pernah melakukan yogasana, yang keadaannya lemah, atau sakit sehingga tidak mampu melakukan latihan-latihan yang sulit. Kelompok ini terdiri dari teknik-teknik dasar yang dirancang untuk membuat tubuh dan pikiran siap melakukan asana dan sikap meditasi. Latihan-latihan ini bukan cara yang lebih rendah daripada asana tingkat tinggi dan sangat berguna didalam memperbaiki kesehatan jasmani. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah rangkaian pavanamuktasana, dan sikap badan sebelum meditasi dan meditasi (Asana Pranayama Mudra Bandha, 2002: 9-10).
Kata asana berarti sikap duduk, yakni duduk dengan sikap sempurna: duduk menurut sistem yoga. Maksudnya orang akan mampu duduk dengan benar dan baik bilamana keadaan fisiknya sehat sempurna. Oleh karena itu, para peminat yoga pertama-tama hendaknya membina kebugaran fisiknya melalui olahraga yoga yang sering disebut yoga asana. Sedikit berbeda dengan pemahaman yang diberikan oleh buku Zoetmulder, buku Yoga sutra tidak mengharuskan sikap duduk tertentu, tetapi menyerahkan sepenuhnya kepada siswa sikap duduk yang paling disenangi dan rileks, asalkan dapat menguatkan konsentrasi dan pikiran dan tidak terganggu karena badan merasakan sakit akibat sikap duduk yang dipaksakan. Selain itu sikap duduk yang dipilih agar dapat berlangsung lama, serta mampu mengendalikan sistim saraf sehingga terhindar dari goncangan-goncangan pikiran. Sikap duduk yang relaks antara lain: silasana (bersila) bagi laki-laki dan bajrasana (metimpuh dalam bhs. Bali, artinya menduduki tumit) bagi wanita, dengan punggung yang lurus dan tangan berada diatas kedua paha, telapak tangan menghadap keatas. Ada berbagi macam gerakan yoga. Tetapi berbagai macam variasi asana itu dapat dikelompokkan dalam posisi duduk, berdiri termasuk didalamnya posisi berdiri terbalik, dan terlentang. Orang dapat memilih beberapa varian asana. Jadi, disesuaikan dengan keadaan fisik peminat yoga. Tidak diperkenankan terlalu memaksakan diri (Swami Sivananda, 1970:67).
Namun dalam buku Asana Pranayama Mudra Bandha dijelaskan juga pengelompokkan asana yang berbeda dengan buku Gheranda Samhita. Dalam buku (Asana Pranayama Mudra Bandha) ini asana telah dibagi menjadi kelompok-kelompok utama yang berbeda. Tidak perlu melakukan semua asana, atau hal yang tidak mungkin bagi orang modern sibuk yang mempunyai waktu luang terbatas. Asana digolongkan menjadi tiga kelompok, yaitu: Pemula, Tingkat menengah, dan tingkat tinggi. Kelompok pemula seharusnya dilakukan oleh orang-orang yang sebelumnya tidak pernah melakukan yogasana, yang keadaannya lemah, atau sakit sehingga tidak mampu melakukan latihan-latihan yang sulit. Kelompok ini terdiri dari teknik-teknik dasar yang dirancang untuk membuat tubuh dan pikiran siap melakukan asana dan sikap meditasi. Latihan-latihan ini bukan cara yang lebih rendah daripada asana tingkat tinggi dan sangat berguna didalam memperbaiki kesehatan jasmani. Yang termasuk dalam kelompok ini adalah rangkaian pavanamuktasana, dan sikap badan sebelum meditasi dan meditasi (Asana Pranayama Mudra Bandha, 2002:9-10).
Dalam menjalankan yoga ada tahap-tahap yang harus ditempuh yang disebut dengan Astangga Yoga. Astangga Yoga artinya delapan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam melaksanakan yoga. Adapun bagian-bagian dari Astangga Yoga yaitu Yama (pengendalian), Nyama (peraturan-peraturan), Asana (sikap tubuh), Pranayama (latihan pernafasan), Pratyahara (menarik semua indrinya kedalam), Dharana (telah memutuskan untuk memusatkan diri dengan Tuhan), Dhyana (mulai meditasi dan merenungkan diri serta nama Tuhan), dan Samadhi (telah mendekatkan diri, menyatu atau kesendirian yang sempurna atau merialisasikan diri).
Jadi, dapat disimpulkan bahwa Yoga sebagai sebuah cara atau jalan untuk mengendalikan pikiran yang terobyektifkan serta kecendrungan alami pikiran dan mengatur segala kegelisahan-kegelisahan pikiran agar tetap tak terpengaruh sehingga bisa mencapai penyatuan antara kesadaran unit dan kesadaran kosmik (Yoga Sutra: 1).
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 ASANA
Anggota Ketiga atau unsur ketiga dari YOGA dikenal sebagai asana atau sikap badan. Inilah jawaban dari pertanyaan; Dalam sikap atau kedudukan badan bagaimanakah, seorang yogin harus maju dengan usahanya dalam bidang yoga?
Patanjali memberikan dalam hubungan ini hanhya tiga Sutra:
Sthira sukham – asanam (46)
Artinya:
Sikap adalah apa yang mendorong kemantapan dan perasaan senang (46).
Prayatna – Saithilya – ananta samapattibhyam (47)
Artinya:
Dengan menurunkan pemaksaan tenaga dan dengan merenungkan Ananta (ke tak terhinggaan) (47).
Tato dvandva – anabhighatah (48)
Artinya:
Karenanya tak terganggu lagi oleh pasangan-pasangan (yang bertentangan satu sama lain) (48).
(Sadhana Pada)
Patanjali tidak memaksakan sikap–sikap tertentu. Ia berpendapat bahwa sikap manapun untuk menguasai pikiran, yang tidak terlalu memaksa anggota badan, dan yang dapat dipertahankan seorang yogin, adalah baik baginya. Dengan bertolak dari kondisi ini, seorang yogin harus menentukan sendiri sikap mana yang cocok untuk tujuanya. Jadi, tak ada sikap yang diwajibkan dan yang diharuskan bagi semua orang sebagai aturan umum.
Jumlah sikap–sikap dapat di pilih sesukanya sendiri dan kemungkinan untuk memilh adalah cukup luas. Seorang yogin harus mengambil keputusan sendiri menurut bentuk tubuhnya, jenis ototnya terutama dalam anggota bawah badan, berapa lamanya ia ingin mempertahankan suatu sikap dan faktor–faktor lain yang serupa.
Ia harus memperhatikan kekurangan kekuranganya dalam bidang annamaya dan pranamaya kosa. Bilamana seorang yang mulai melatih meras kesulitan, maka janganlah ia bersusah hati tentang hal itu, ia dapat menemukan sendiri bagi dirinnya dalam sikap-sikap yang mana ia akan dapat maju dalam latihannya.
Patanjali menganggap tiap asana sebagai sukha asana (asana yang menyenangkan), yang tidak memaksa untuk membantu untuk menstabilkan badan dan pikiran, keduanya. Istilah “sthira” berarti stabil, tetap,tanpa keragu-raguan, tanpa paksaan, tanpa ketegangan (46). Dalam sutra yang berikut istilah itu dijelaskan lebih lanjut sebagai “prayatna- saithilya” yang berarti suatu keadaan atau kondisi yang tidak memerlukan pengerahan kekuatan khusus, badan mengambil sikap tanpa bergerak dan dikuasai penuh (47).
Didalam sutra ini, kita menemukan dua perkataan lain: Ananta sama pattibhyam yang sering menimbulkan salah paham. Perkataan ini tidak berarti bahwa seorang dapat mengambil sikap-sikap hanya dengan mengamati sikap burung dan binatang lain. Bentuk badan mahluk itu berlainan dan khusus. Manusia adalah manusia dan merak adalah merak. Sikap seekor merak dalam keadaan alamiah adalah cocok bagi dia dan belum tentu cocok atau perlu atau dikehendaki untuk manusia. Sikap merak, ular, penyu, kelajengking, semuanya bukanlah merupakan sikap-sikap yang diperlukan oleh seorang yogin.
Bila mana saya bicara disini tentang seorang yogin, maka saya tidak maksudkan seorang yang melatih asana-asana melulu untuk kesehatannya, atau seorang yang hanya bertujuan membebaskan badannya dari beberapa kekurangan. Asana-asana yang dengan kurang tepat sering disebut “asana-yoga” haya merupakan latihan badan dan manfaatnya terletak dalam adalah sikap-sikap yang dikombinasikan dengan pranayama dan meditasi, dengan maksud untuk menguasai pusaran-pusaran pikiran dan mendapat ketenangan, supaya kita dapat maju kea rah perenungan dan samaadhi (jadi asana hendaknya dikombinasikan dengan penguasaan napas dan carilah irama anda sendiri. Bermeditasilah pada setiap asana).
Asana-yoga baik pula untuk penyesuaian diri pada perubahan- perubahan lingkungan. Seorang harus bebas dari pengaruh lingkungan, ia harus menahan perubahan hawa yang kadang–kadang panas, dingin, lembab, atau kering dan tetap tenang terhadap keadaan dingin dan panas, sakit dan senang, terang dan gelap, manis dan pahit, mewah dan sederhana. Pasangan–pasangan bertentangan demikian dikenal sebagai dvandva dan seorang yogin tidak boleh menghiraukan pertentangan atau dvanva itu. Pendirian yang acuh tak acuh itu dikenal sebagai dvandva – anabhigata. Latihan asana membantu untuk mencapai sikap mental demikian itu. Hal ini diberitahukan kepada kita oleh Patanjali dalam sutra ketiga (II. 48) dalam hubungan dengan asana-asana itu.
Permulaan YOGA diuraikan dengan baik sekali dalam Svetasvatara Upanisad.
“Tahan badan dengan mantapdengan ketiga (bagian atas) tegak. Dan biarkanlah indera–indera dan pikiran masuk ke dalam jantung. Seorang bijaksana harus dengan perahu Brahman menyabrangi.
Semua arus yang menakutkan (8).
Sesudah menguasai napasnya disini dalam badan dan sesudah menhentikan gerakan–gerakan,
Orang harus bernapas melalui hidung dengan napas yang diperlahankan.
Seperti kereta dengn kuda nakal,
Pikiran orang bijaksana itu tidak akan disimpang-siurkan (9).
Disuatu tempat bersih dan rata, bebas dari kerikil, batu, dan api. Berdekatan dengan bunyi air atau hal-hal lain yang berdekatan,
Yang mendukug perenungan dan tidak merangsang mata.
Disuatu tempat terpencil yang terlindungi terhadap angin, seorang harus melatih yoga (10).
Kabut, asap, matahari, api, angin,
Kunag-kunang, petir, kristal, bulan,
Inilah permulaan-permulaan yang nampak,
Yang dihasilkan oleh manifestasi Brahman dalam YOGA (11).
Bilamana ke-lima nilai YOGA telah tercapai,
Yang muncul dari tanah, air, api, udara, dan ruang,
Tidak sakit, tidk tua, tidak mati dia,
Yang telah mencapai badan yang terbentuk dari api “YOGA” (12).
Keringanan, kesehatan, kemantapan,
Kebersihan wajah, dan kenyamanan suara
Kelembutan badan keminimalan pengluaran
Mereka mengatakan ini merupaan tahap pertama dalam kemajuan YOGA (13).
Kalimat- kalimat Upanisad itu memberikan petunjuk singkat mengenai soal- soal yang berikut:
- Pemilihan tempat untuk melatih yoga;
- Pemilihan iklim dan kondisi lingkungan;
- Jenis penyesuaian badan;
- Jenis sikap mental;
- Kedudukan dan sikap badan;
- Petunjuk-petunjuk pertama sebagai tiang- semboyan diperjalanan (tanda–tanda yang menunjukkan jalan).
Suatu tempat yang ideal untuk melakukan YOGA adalah suatu tempat dimana alam tersenyum paling manis, ditepi laut, ditepi sungai dilereng gunung atau bukit, ditengah hutan, didekat sebuah kolam atau danau, disebuah taman atau kebun, kalau mungkin berdekatan dengan sungai kecil, aliran air, air terjun, dibaah pohon rindang dan sebagainya.
Dalam hubungan ini dikatakan dalam Sruti:
“Kecerdasan yang membedakan dengan tegas dan budi yang tetap dapat tercapai oleh orang bijaksana yang melatih dalam goa gunungdan berdekatan dengan sungai dan laut”
(Yajurveda XXVI. 15)
Tempat latihan harus rapi dan bersih, bebas dari batu dan krikil, bebas dari duri dan tusukan, bebas dari debu dan tiupan angin kencang. Udara hendaknya jangan terlalu kering atau terlalu basah; jangan terlalu panas atau terlalu dingin. Tempatnya harus terlindung dari hujan. Udara harus bersih. Keadaan lingkungan harus bebas dari kesibukan sehari-hari dan gangguan kehidupan di kota.
Bilamana tidak ada tempat sunyi, orang juga dapat duduk teras atau atap rumah, dari mana kelihatan binatang–binatang atau warna–warna fajar dan senja. Kamar-kamar modern dengan AC juga cukup baik, asalan cukup luas dan dihiasi dengan mebel alamiah. Hiasan yang dibuat oleh manusia hendaknya dihindarkan dan diganti dengan benda-benda yang langsung diambil dari alam. Jangan ada patung atau lukisan yang menggambarkan kebesaran dalam sejarah atau mitos ditempat latihan yoga, keagungan Tuhan harus di resapi dan bukankebesaran manusia dan perbuatanya. Manusia ada tempatnya dalam masyarakat, begitu pula perbuatanya dan namanya yang harum, tetapi jangan ditempat YOGA.
Seorang yang melatih Yoga, dalam keadaan-keadaan sukar, harus menentukan sendiri dengan bebas jalan mana yang akan ditempuh olehnya untuk menghadapi rintangan- rintangan.
Bagaimana pakaian seorang yogin?
Hal ini merupakan soal pribadi. Ia boleh memilih sendiri antara telanjang bulat, atau pakaian ringan yang cocok dengan hawa lingkungan. Pilihhan tergantung pula dari kesehatan dan ketahanan seorang yogin. Normal dan dalam kondisi yang dicita-citakan, seorang yogin harus cukup tabah terhaadap dvandva dan harus keball terhadap perubahan lingkungan. Tetapi ingatlah, seorang yogin tidak melawa alam, ia bukanlah pemberontak. Alam terlalu kuat, terlalu berkuasa untuk selalu ditentang. Dan karena itu, seorang yogin menerima kekalahan dengan senang hati, tetapi ia menjadi tabah dan dengan segala kerendahan hati ia mohon berkat alam untuk latihannya.
Pakaian hendaknya dibatasi pada keperluan minimal. Biasanya sebuah cawat sudah mencukupi, bilamana latihan harus ditampilkan di muka orang lain. Bilamana sendirian, sebuah cawat pun tidak diperlukan dan mungkin mengganggu sehingga dapat ditanggalkan pula. Latihan yoga tidak dimaksudkan sebagai tontonan untuk orang lain. Sikap seorang yogin adalah murni dan suci terhadap badanya sendiri. Seorang yogin tidak merasa malu karena telanjang dan tidak menghiraukan telanjangnya orang lain, ia tidak mendapat ransangan indera sexual dari badan jasmani dan rohaninya sendiri. Tetapi ia harus waspada dalam segala detil. Ia adalah hakim dirinya sendiri.
Dari telanjang bulat sampai berpakaian dapat dipakai apa saja. Tetapi pakaian tak boleh mengganggu dalam usaha mencapai kemantapan, ketabahan, dan ketenangan pikiran; pakaian tidak boleh mengganggu napas bebas. Bilamana hawanya dingin dan berangin, sebaiknya pintu, jendela, dan pakaian disesuaikan.
Seorang yogin juga tidak diharuskan menyediakan waktu khusus untuk latihannya. Bulan manapun, hari manapun, jam manapun, dapat dipilih untuk latihan dan untuk Samadhi. Dengan sendirinya dinegeri tropica jam-jam pagi buta (satu atau dua jam sebelum matahari terbit) adalah paling baik untuk mulai dan sebelum matahari menjadi panas hendaknya latihan diakhiri.
Sebelum mulai, seorang yogin harus menentukan bagi dirinya sendiri bahwa ia sudah tidur cukup lama. Ingatlah bahwa pemusatan pikiran, renungan, samadhi, dan kemantapan pikiran, adalah berlaianan sekali dari perasaan ngantuk, setengah tidur dan sebagaianya. Maka dari itu perlu sekali bahwa seorang yogin sudah cukup tidur sebelum ia mulai dengan latihannya. Tidur nyenyak selama empat sampai tujuh jam akan mencukupi dalam kebanyakan hal. Bilamana seorang tidur lebih dari apa yang diperlukan maka badan akan merasa lesu. Seorang yogin mulai latihan pada saat keaktifan yang tertinggi. Maka dari itu waktu pagi buta adalah paling baik untuk melatih, atau kadang-kadang larut malam, bilamana semua orang sudah tidur. Begitulah pula bilamana seorang yogin mengakhiri latihannya ia tidak merasa lelah, tapi sebaliknya gembira, segar, dan senang.
Seorang yogin harus selalu bersih dan karena itu ada baiknya untuk mandi dahulu sebelum mulai latihan, atau cuci muka, tangan dan kaki. Bilamana hawa panas ada baiknya untuk mandi dengan air dingin.
Sebelum mulai, seorang yogin berdoa kepada Tuhan untuk mohon bantuan dalam membersihkan dan menyembuhkan dirinya dari segala kelemahan. Ia dapat mengucapkan mantra suci yang berikut dari Atharvaveda:
“Nih duh armanyah”:
Semoga semua kekurangan dan kelemahan hilang.
“Urja madhumati vak”:
Semoga pembicaraanku manis dan kuat.
“Madhumatim vacam-udeyam”:
Semoga pembicaraanku selalu mengungkapkan kata-kata manis.
“Susrutau karnau, bhadra-srutau karnau bhadram slokam sruyasam”:
Semoga kedua telingaku tak mendengar keburukan, semoga pendengaranku selalu suci dan utama, semoga didengarkan hal yang baik dan ramah–tamah.
“Rujas ca venas-ca ma hasistam”:
Samoga sinar dan kemegajhan tidak meniggalkan diriku.
“Asatapam me hrdayam”:
Semoga hatiku bebas dari kesusahan.
“Ma mam Pranah hasim”:
Semoga prana-ku tidak meniggalkan diriku.
“Apanah avahaya ma para-gat”:
Semoga apana-ku tidak meniggalkan diriku di belakang.
“Svasti – adya – usaso dosas – ca sarva apah sarvagano asiya”:
Oh, air (Tirta) ! Semoga hari ini berbahagia bagiku; semoga wara nugraha dilimpahkan kepadaku sepanjang hari dan malam dari segala sudut dan segala jenis.
(Atharva : dari XVI, ii sampai iv)
Kini dengan kepercayaan diri dan Tuhan diatas, si pelajar, si penganut, sang yogin yang sedang berkembang, boleh mulai menjalankan beberapa latihan agar badan dan pikirannya sehat, tangkas, dan cakap. Latihan dalam rumah disebut pula asanas atau siakp- sikap yang bilamana dilakukan, menjamin seorang cakap untuk latihan yoga. Latihan ini untuk memelihara kebugaran fisik bukan merupakan asana yoga selaku demikian. Yoga mulai dengan asana, pranayama, dan JAPA, yang ketiganya diselaraskan dan dikombinasikan sati sama lain.
Dibawah ini akan diuraikan beberapa asanas (bukan asana-yoga), tetapi dapat amat membantu dalam memperkembangkan dadan dan menghilangkan rasa kaku dari otot, urat, dan tulang. Asanas ini menyelaraskan sistem urat saraf, membantu dalam meluruskan otot-otot kaki, punggung, leher, tulang belakang, dan pinggang. Latihan ini melancarkan peredaran darah dan membantu pekerjaan kelenjar intern, khususnya kelenjar thyroid. Beberapa asana melatih pinggang dan menghindarkan gangguan perut besar (misalnya halasana). Berat badan dinormalkan dan metabolisme (pergantian zat) diperbaiki dengan sirsa-asana (sikap terbalik); untuk tulang belakang, untuk rasa sakit seperti encok, rasa kaku di otot dan urat pinggang, amat baik melatih dhanuh-asana atau sikap sebagai busur. Untuk menghilangkan gemuk yang berlebihan, untuk tulang belakang, untuk perut amat berguna melakukan pascimottana-asana. Supta vajra-asana amat berguna untuk meluruskan paha dan perut; asana itu memperluas rangka dada, menghindarkan konstipasi (sembelit) dan memperbaiki pencernaan. Untuk lumbaga (sakit pinggang) kami anjurkan halasana, salabha-asana dan sava-asana.
Dalam hal wanita ada asana tertentu yang dianjurkan untuk memperbaiki gangguan haid; bhujangga-asana; hala-asana, matsya-asana, pascimottana-asana, dan sarvanga-asana. Tetapi bilamana gangguannya yang keterlaluan, maka lebih baik asana ini ditinggalkan. Selama waktu kotoran kain lebih baik beristirahat dan jangan melakukan asana yang berat. Duduklah seenaknya saja dengan melatih nafas.
Biasanya saya tidak menasehatkan orang yang menderita sakit jantung untuk melakukan latihan ini. Sedikit pemijatan otot-otot di sekitar jantung dan baiknya; orang dapat berdiri dan memegang sebuah tembok disudut dengan kedua tangan, lalu melambaikan badan berturut-turut ke kiri dank ke kanan, kira-kira lima puluh sampai seratus kali; latihan ini amat baik untu otot-otot jantung.
Untuk orang yang terlalu gemuk dianjurkan bhujangga-asana, hala-asana, pascimottana-asana, pada-hasta-asana, dan salabha-asana. Terdapat penyakit wasir orang dapat melatih hala-asana, matsya-asana, dan sarvanga-asana. Tidak seorangpun dapat membantu anda dalam hal memilih asana. Sifatnya lebih bersifat prepentif (menghindarkan) daripada kuratif (menyembuhkan). Orang harus selalu sedikit berhati-hati terhadap pernyataan-pernyataan tentang penyembuhan. Ingatlah bahwa tak dapat diharapkan mujizat, orang harus melatih dengan tekun dan seksama sambil memperhatikan hasilnya.
Janganlah berlatih berlebihan, terutama bilamana usia anda sudah lanjut (55 tahun atau lebih) atau bilamana anda menderita tekanan darah tinggi, sakit jantung, tuberculose atau kanker, ataupun bilamana anda ada luka-luka atau keseleo.
2.2 ATURAN DALAM ASANA
- Sebelum melakukan asana, lakukan mandi setengah (vyapaka saoca) ataupun mandi biasa. Mandi setengah juga harus dilakukan sebelum meditasi regular harian, jika asana dilakukan segera setelah mandi harian maka tidak perlu lagi melakukan mandi setengah untuk kedua kalinya.
- Jangan melakukan asana diruang terbuka, karena ini bisa menyebabkan kontak langsung dan karenanya mengakibatkan masuk angin. Ketika melakukan asana di dalam ruangan perhatian harus diberikan agar jendela tetap terbuka sehingga pertukaran udara lancer.
- Jangan biarkan asap memasuki ruangan. Semakin sedikit asap semakin baik.
- Pria harus menggunakan kaopiina (laungota, sejunis pakaian dalam pria) dan seharusnya tidak ada pakaian lain lagi yang dikenakan selain ini. Wanita harus menggunakan pakaian dalam dan bra yang ketat.
- Lakukan asana di atasa selimut atau alas.jangan lakukan asana di atas lantai tanpa alas. Karena bisa menyebabkan masuk angin dan sejumlah hormone yang dihasilkan pada saat melakukan asana bisa saja rusak.
- Lakukan asana hanya pada saat nafas mengalir melalui lubang kiri ataupun kedua lubang hidung, jangan lakukan asana saat hanya lubang hidung kanan yang terbuka.
- Konsumsi diet sattvika. Tetapi bagi mereka yang merasa kesulitan untuk menghentikan kebiasaan mengkonsumsi makanan rajasika, bisa untuk beberapa lama mengkonsumsi sepotong kecil myrobalan (myrobalan jenis kecil lebih baik), atau bahan lain yang punya manfaat yang serupa, setelah makan. Tetapi bagaimanapun prosedur ini tidak berlaku di daerah beriklim dingin.
- Jangan cukur rambut di ketiak dan di selangkangan.
- Kuku di jemari tangan dan kaki harus dipotong pendek.
- Jangan melakukan asana pada saat perut masih penuh. Dilarang melakukan asana dua setengah sampai tiga jam setelah makan.
- Setelah melakukan asana lakukan pemijatan dengan seksama pada daerah lengan, kaki dan seluruh tubuh, khususnya bagian tulang sendi.
- Setelah selesai pemijatan lakukan shavasana (sikap mayat/relaksasi) selama paling tidak dua menit.
- Setelah shavasana jangan bersentuhan langsung dengan air selama paling tidak sepuluh menit.
- Pelaku asana seharusnya tidak memijat tubuhnya dengan minyak. Jika inginkan sedikit minyak bisa saja dioleskan dengan halus di permukaan tubuh.
- Setelah berlatih asana, disarankan untuk berjalan-jalan di tempat yang sunyi selama beberapa lama.
- Setelah selesai asana tidak boleh langsung melakukan praktek pranayama.
- Jika perlu untuk keluar ruangan segera setelah selesai asana dan jika suhu tubuh belum turun kembali ke suhu normalnya, atau jika terdapat perbedaan antara suhu ruangan dengan suhu di luar, maka tutuplah badan dengan baik saat keluar. Jika dimungkinkan tarik nafas dalam-dalam saat masih didalam ruangan dan keluarkan nafas setelah tiba di luar. Dengan jalan demikian maka masuk angin akan terhindarkan.
- Tidak ada larangan bagi praktisi asana untuk berolah raga atau lari, tetapi tidak boleh dilakukan segera setelah selesai asana.
- Tidak ada aturan akan lubang hidung bagi sejumlah asana, berikut:
Padmasana (pose lotus), siddhasana (pose sempurna), ardhasiddhasana (pose setengah siddha), bhojanasana (duduk kaki bersilang), viirasana (pose pemberani), diirgha pranama (pose sujud), yogasana (pose yoga), dan bhujaungasana (pose ular).
- Untuk semua asana tersebut dimana tidak ada aturan akan lubang hidung maka juga tidak ada batasan jenis diet.
- Selama menstruasi, mengandung dan dalam masa satu bulan setelah melahirkan, wanita tidak boleh melakukan asana atau latihan yang lain. Khusus asana yang diperuntukan dalam dhyana (meditasi) bisa dilakukan dalam kondisi apa saja. Padmasana, siddhasana, dan viirasana adalah asana yang tepat untuk dhyana dan dharana.
2.3 SIKAP ASANA
- SARVANGA – ASANA (SIKAP BERDIRI DI ATAS BAHU)
Sikap atau asana ini banyak menyerupai latihan “sepeda” yang terkenal dan banyak dilakukan oleh para olahragawan; untuk latihan sepeda itu anda lalu mengangkat pinggang dan menyokongnya dengan tangan, kemudian kaki digerakkan seperti orang mengendarai sepeda. Perbedaan sarvanga-asana dari latihan sepeda adalah bahwa kaki tidak digerakan, kaki tinggal lurus dan sikap dipertahankan. Pada akhir sarvanga-asana, anda dapat melakukan latihan sepeda pula; hal ini ada baiknya.
Asana itu dapat dilakukan di atas lantai bersih, di atas sebuah tikar, atau di atas tempat tidur kayu (atau panggung, takhat). Berbaringlah diatas punggung, ada baiknya meletakan sebuah selimut yang dilipat dibawah tengkuk. Lengan diluruskan disamping badan dengan tapak tangan diatas tanah.
Angkat kaki dan pinggang perlahan-lahan tanpa memisahkan kaki satu dan yang lain sampai tercapai sudut siku-siku dengan lantai. Untuk mencapai sudut siku-siku, anda harus mengangkat kaki, pinggang, punggung, dan badan secara vertikal. Tempatkanlah tangan dibawah pinggang dan dukunglah sikapnya dengan lengan atas atau siku. Kaki dan punggung harus vertikal, bilamana badan anda normal. Tetapi bilamana anda terlalu gemuk atau berusia lanjut, maka mungkin anda tidak daapat mencapai sikap vertikal. Janganlah menghirau hal itu. Berusahalah untuk berdiri sedapat mungkin vertikal tanpa terlalu memaksakan diri. Ingatlah bahwa sikap vertikal hanya merupakan cita-cita. Dalam hal itu hanya kepala, tengkuk dan lengan atas dan siku berada diatas tangan. Bagian atas dada tertekan terhadap dagu.
Dengan sikap vertikal ini, cobalah untuk memandang langit-langit dan merasakan seakan-akan mencoba untuk menyentuhnya dengan jari-jari kaki. Sebagai permulaan cobalah sikap ini selama sepuluh detik dengan mengucapkan mental (tanpa suara), satu kali ke-tujuh-(saptaka) wyahrti, ialah:
OM Bhuh OM Bhuvah Om Svah
OM Mahah OM Janah OM Tapah OM Satya
(10 detik)
Sesudah tiga hari cobalah sikapnya lebih vertikal (tegak), tetapi jangan memaksa, dan perpanjanglah waktunya menjadi dua puluh detik atau dua kali vyahrti saptaka yang tersebut diatas. Kemudian perpanjanglah waktunya tiap minggu dengan sepuluh detik. Akhirnya bertahanlah dalam sarvanga-asana selama tiga menit (15 sampai 20 vyahrti saptaka). Hasil ini sudah cukup untuk seseorang. Saya pribadi ingin menasehati tiap orang untuk jangan melampaui sepuluh menit. Setelah pelaksanaan yang baik, anda sendiri merasa bahwa penyokongan lengan tidak diperlukan lagi.
- HALA – ASANA (sikap bajak)
Sarvanga-asana dapat diikuti dengan hala-asana. Berbaringlah dengan punggung di lantai seperti dalam hal sarvanga-asana.
Rapatkan kaki, angkatlah perlahan-lahan sampai vertikal (tegak); kini dalam sikap ini cobalah membawa kaki lurus ke belakang sampai mengenai tanah di belakang kepala. Inilah sikap Bajak, karena rupanya seperti sebuah bajak India.
Dalam sikap ini tahanlah lengan kaku dengan tapak tangan menekan lanta. Kaki jangan berpisah, terutama di lututnya. Bilamana kaki mencapai tanah, cobalah mendorongnya ke belakang.
Ingatlah, bilamana badan anda gemuk, maka tak mungkinlah jari kaki anda mencapai tanah di belakang kepala anda. Jangan lah hal ini dihiraukan cobalah melaksanakan hala-asana biarpun hanya sampai separo jarak yang semestinya.
Tahanlah sikap ini satu vyahrti saptaka penuh dan janganlah lebih dari tiga sampai lima saptaka. Satu menit lamanya mencukupi untuk seorang. Jangan memaksa diri dengan melampaui titik yang masih tercapai dengan mudah. Sesudah latihan ini kembalikanlah kaki dengan perlahan-lahan dalam sikap semula. Berbaringlah dengan tenang di atas tanah dan tarik napas dalam-dalam.
- BHUJANGGA – ASANA (sikap ular kobra)
Untuk sikap ini, berbaring lah dengan muka ke bawah, punggung ke atas, tapak tangan di atas setinggi bahu. Dahi anda mengenai tanah dan kaki ditahan kaku dan rapat selama latihan. Tegangkan juga bokong anda dengan sedapat mungkin rapat.
Kini angkatlah perlahan-lahan kepala anda dari tanah, seperti ular kobra yang mengangkat kepala. Tahanlah kaki dan perut sampai pinggang rapat di atas tanah. Hanya badan di atas pinggang yang di angkat.
Kini angkatlah dan turunkanlah kepala semudah mungkin. Sambil mengangkat kepala, mukak, leher, dan badan – atas mengikutinya. Cobalah melihat langit-langit dengan mata (pasti dengan sudut enam puluh derajat terhadap kaki langit). Demikianlah anda menyerupai seekor ual kobra yang mengangkat kepalanya.
Cobalah sebanyak mungkin menggunakan punggung tanpa terlalu memaksakan diri. Pada permulaan tangan anda akan selalu harus membantu. Siapa tahu, sesudah melatih cukup lama, barangkali anda tidak akan memerlukan lagi bantuan tangan.
Cobalah menahan sikap kobra ini selama sepuluh detik atau satu vyahrti saptaka pada permulaan dan lambat laun dapatlah di tingkatkan menjadi satu menit atau enam vyahrti saptaka.
Sesudah melakukan asana ini bertiaraplah di lantai dengan muka ke bawah seperti pada permulaan. Ulanggilah asana ini sampai tiga atau lima kali. Akhirnya redakan diri dengan bertiarap sambil bernafas dalam dan beristirahat sedikit. Kemudian baiklah dengan punggung di atas lantai atau tikar dan adakan latihan nafas.
- DHANUH – ASANA (sikap busur)
Untuk sikap ini bertiaraplah. Luruskan lengan dan tangan di atas kepala, luruskanlah pula kaki diujung yang bertentangan, kaki menyentuh kaki, lutu menyentuh lutut, tangan menyentuh tangan, badan lurus seluruhnya. Kini bawalah lengan dan tangan ke belakang, angkatlah kaki dan peganglah kedua pergelangan kaki setinggi mungkin, pada waktu yang sama bengkokkanlah bagian muka badan, seolah-olah ingin menentuh tapak kaki dengan belakang kepala.
Cobalah pada permulaan awal menahan sikap ini selama sepuluh detik. Lepaskanlah pergelangan kaki, tiarap seperti pada permulaan, lalu ulangilah sikapnya selama sepuluh detik. Lakukan latihan ini selama satu minggu.
Selama minggu yang berikutnya anda akan dapat bertahan kira-kira setengah menit dan sesudah melatih sebulan, anda akan dapat bertahan satu setengah menit, yakni selama menghitung sampai seratus, atau anda dapat 15 kali mengucapkan Vyahrti saptaka. Saya menganjurkan untuk jangan melebihi dua menit dengan asana ini.
Dalam melatih asana ini anda dapat beristirahat beberapa kali dengan tidak melepaskan pergelangan kaki. Saya menasehati anda untuk tiap 30 detik perlahan-lahan memutarkan leher dan kepala, seolah-olah anda ingin mendapat pandangan lengkap dari tembok muka atau kaki langit di depan.
Putaran leher ini akan sangat bermanfaat bagi anda. Sesudah menyelesaikan latihan ini, lepaskanlah pergelangan kaki, tiaraplah, istirahatkan diri dan tarik nafas dalam. Kini lakukan lagi suatu Bhujangga-asana (sikap kobra).
Dalam pelaksanaan Dhanuh-asana sebetulnya kedua kaki harus dirapatkan, tetapi tiadalah salah bilamana kaki dipisahkan sedikit satu dari yang lain dan kemudian dikumpulkan lagi. Pada akhir latihan, kaki harus diturunkan, sambil masih memegang pergelangan kaki dengan tangan dan tumit diturunkan sampai menyinggung bokong.
- SALABHA – ASANA (sikap belalang)
Tiaraplah di atas tikar atau lantai, muka ke bawah, di atas perut. Luruskan lengan dan tangan disamping badan dengan buka jari ke bawah. Tapak kaki terbuka ke atas. Dengan menekan lengan dan tangan terhadap lantai, angkatlah kedua kaki. Tahan kaki tinggi selama sepuluh detik (satu vyahrti saptaka). Mula-mula kaki di angkat 100 kemudian sesudah melatih dua minggu sampai 200, akhirnya sampai 300 dan kadang-kadang bahkan sampai 450. Sikap ini menyerupai seekor belalang dan karena itu disebut sikap belalang.
Salabha-asana lebih mudah dilaksanakan, bilamana kedua belah tangan diletakan di atas tanah, lurus di sebelah badan dengan tapak tangan ke atas. Punggung tangan dan lengan bawah lalu dapat dipakai untuk menekan tanah, bilamana mengangkat kaki dan bagian bawah badan.
- PASCIMOTTANA – ASANA (sikap merengang ke muka)
Berbaringlah atas punggung, kaki lurus dan rapat. Lalu naikakanlah badan perlahan-lahan sampai duduk. Hanya badan bagian atas yang boleh bergerak janganlah kaki. Sesudah bernapas dalam, keluarkan napas sepenuh mungkin dan bungkukanlah ke muka sambil memegang jari kaki dengan jari tangan. Bila mungkin singgunglah lutut dengan muka.
Orang yang kurus dapat dengan mudah menyinggung lutut dengan mukanya, tetapi orang yang gemuk akan mengalami kesulitan untuk melakukannya. Janganlah hal ini dihiraukan, sejauh mungkin tanpa memaksa diri.
Orang-orang yang amat gemuk, mungkin tidak dapat memegang jari kaki dengan jari tangan. Tidak apa. Berbuatlah sejauh yang anda bisa dan peganglah pergelangan kaki. Tahanlah sikap ini lima sampai tujuh detik sambil mengucapkan vyahrti saptaka secara mental. Lambat laun anda akan dapat memperpanjang sikap ini, tetapi saya anjurkan jangan lebih lama dari satu menit atau tujuh saptaka.
Lalu lepaskan jari kaki, duduk biasa tarik napas dalam, beberapa kali dan beristirahat setengah menit.
- PADA – HASTA – ASANA (Berdiri membungkuk ke muka)
Sesudah melakukan Pascimottana-asana (yang diuraikan diatas) orang dapat selanjutnya melakukan suatu asana yang hampir sama, ialah Pada Hasta Asana, yang dilaksanakan sambil berdiri. Berdirilah tegak dengan tangan di angkat ke atas. Lalu perlahan-lahan dan seenak-enaknya membungkuk ke muka sambil menurunkan tangan dan kepala serta badan bagian atas. Bagian bawah badan dan kaki tinggal tegak. Kini terunkanlah tangan dan cobalah menyinggung jari kaki.
Pada beberapa hari pertama anda mungkin tidak dapat mencapai jari kaki, tetapi setelah melatih sedikit, anda akan dapat melaksanakannya. Tahanlah sikap ini lama sampai sepuluh detik (satu vyahrti saptaka) dan cobalah menyinggung lutut anda dengan kepala.
Sesudah itu beristirahatlah beberapa detik dan ulangilah asana ini tiga sampai lima kali. Selesaikanlah asana ini dengan dua atau tiga kali pranayama (tarik dan keluarkan nafas).
- ARDHA – MATSYENDRA – ASANA (sikap berputar)
Duduklah diatas lantai dan luruskan kaki anda. Kini angkatlah dan bengkokkan kaki kiri dan letakan di lipat paha terhadap perinenum (diantara dubur dan kandung buah-zakar). Bawalah kaki kanan ke atas kaki kiri dan letakan diatas lantai. Tangan kiri lalu memegang jari kaki kanan di luar lutuk kanan. Putarlah badan dan kepala untuk dapat melakukannya, tangan kanan yang bebas ditaruh dibelakang dengan tapak keluar. Sikap ini mempengaruhi tulang belakang dari sudut baru, karena memutarnya dari sisi.
Tahanlah sikap ini bermula beberapa detik. Setelah melatih beberapa hari sikap ini dapat diperpanjang sampai 15 detik (dua vyahrti saptaka), 30 detik (4 saptaka) dan akhirnya satu menit (7 sampai 8 saptaka). Maksimal saya menasehatkan dua menit dan jangan lebih. Untuk dapat melaksanakan asana ini diperlukan latihan dengan agak sabar.
James Hewitt mengusulkan suatu perubahan dengan memakai kursi, bagi mereka yang mengalami kesulitan untuk melaksanakan secara murni. Ia mengatakan; mereka yang mengalami kesulitan dapat mencapai hasil yang sama dengan duduk diatas sebuah kursi, lalu memutar diri dan memegang ujung-ujung kursi dengan kedua tangannya. Jangan gerakan kaki dan pinggang. Putar kepala dan bagian atas badan sejauh mungkin tanpa terlalu memaksa.
- VAJRA – ASANA (sikap teguh)
Berlututlah dengan kedua lutut rapat dan bokong bersandar diatas kaki yang tapaknya terbuka keatas. Letakkanlah kedua tangan diatas lutut.kepala tinggal tegak dan punggung lurus.
Asana ini harus dilatih terus sampai tidak dialami kesulitan lagi untuk melaksanakannya, tetapi selanjutnya asana ini harus diikuti suatu asana lain yang bernama Supta-Vajra (sikap panggul).
- SUPTA – VAJRA – ASANA (sikap panggul)
Sesudah Vajra-asana langsung disusul Supta-vajra-asana. Duduklah dalam sikap Vajra-asana, lalu rebah perlahan-lahan ke belakang tanpa merubah kaki. Tangan dan siku harus dipakai untuk membantu dan menghindarkan badan jatuh. Turunkan bahu sampai tercapai lantai, tangan boleh diluruskan ke atas kepala dengan tapak ke atas. Asana ini agak sulit bagi mereka yang badannya belum lemas. Saya tidak dapat langsung menganjurkannya kepada siapapun; orang yang sudah mahir dapat melaksanakannya dan menahan sikap ini 10 detik (1 saptaka). Sesudah latihan berbulan-bulan lamanya orang dapat memperpanjangnya sampai 90 detik.
- DHANUH – VAJRA – ASANA (sikap busur teguh)
Duduklah dalam sikap Vajra-asana. Angkat tangan dan dibawa ke belakang, lalu bungkuklah perlahan-lahan ke belakang, kaki tinggal tetap. Cobalah memegang tumit kaki dengan tangan. Badan anda lalu membengkok seperti busur.
Tahanlah sikap ini selama 10 detik (satu saptaka) dan lambat laun perpanjanglah sampai setengah menit. Cobalah untuk menaruh tangan dibelakang kaki di atas lantai, kalau mungkin tanpa terlalu memaksa.
- MAYURA – ASANA (sikap merak)
Sikap ini sukar dan memerlukan keberanian. Hanya orang dengan badan ringan dan kuat dapat melaksanakannya.
Duduklah berlutut dengan lutut terpisah. Letakanlah tapak tangan diatas lantai dengan jari yang menunjuk ke kaki, pergelangan tangan satu disamping yang lain.
Majukan badan kedepan dan luruskan kaki sampai badan mencapai keseimbangan dalam sikap lurus sambil bertumpu pada tangan dan siku.
Tahanlah sejenak, lima detik mencukupi. Anda dapat lambat laun memperpanjangnya menjadi 30 detik. Turunkanlah kaki perlahan-lahan, bertumpu pada lutut, istirahatkan tangan dan siku. Bernapaslah dalam-dalam.
- PADMA – ASANA (sikap teratai)
Duduklah dengan nyaman di atas tikar atau diatas lantai. Tahan badan tegak dan tetap. Taruh tiap kaki diatas paha yang lain dengan tapak ke atas. Orang-orang gemuk akan mengalami kesulitan, tetapi setelah latihan berulang kali, sikap ini dapat dilanjutkan berjam-jam lamanya. Maka dari itu sikap ini baik sekali untuk pranayama, meditasi, dan kontemplasi. Orang yang mengalai kesulitan dapat melaksanakannya setengah jalan, yaitu: kaki tidak diletakan diatas paha yang lain, tetapi diantara kedua paha dengan menutup kemaluan. Mereka dapat bertahan dalam sikap ini selama 10 detik (satu saptaka) dan lambat laun memperpanjangnya menjadi satu menit (8saptaka).
- MATSYA – ASANA (sikap ikan)
Sikap ini dapat mengikuti sikap padma-asana. Duduklah dalam padma-asana, bengkokkan badan ke belakang sampai badan bersandar kepada kepala dan cobalah memegang jari kaki.
Punggung membengkok sebagai busur dan dada menonjol ke atas. Bilamana lelah, berbaringlah dengan lengan dibawah kepala. Sikap ini disebut sikap ikan, karena orang berpendapat bahwa orang dapat terapung dalam sikap ini dalam sungai atau laut.
- BADDHA – PADMA – ASANA (sikap teratai guru)
Sikap ini dapat menyusuli sikap padma-asana dalam latihan kita. Duduklah dalam padma asana, silangkan tangan di belakang punggung dan peganglah ujung jari kaki kalau mungkin. Dengan sendirinya sikap ini amat sulit untuk dilaksanakan, tetapi cobalah sedapat-dapatnya. Bilamana dikatakan tadi peganglah “jari-jari kaki” maka yang dimaksudkan bahwa lengan kanan mencoba memegangi jari kaki kanan dan jari kaki kiri dipegang dengan tangan kiri. Tahanlah diri dalam sikap ini selama 10 sampai 30 detik.
- KUKKUTA – ASANA (sikap ayam jantan)
Sikap ini dapat juga menyusuli sikap padma-asana. Duduklah dalam sikap padma-asana dengan kaki bersilang di atas paha. Lalu perlahan-lahan masukkan tangan diantara lutut dan paha. Tahan kaki bersilang di atas paha dan cobalah mengangkat diri dengan bersandar pada tapak tangan. Jadi anda berdiri diatas tangan dengan kaki bersilang di atas paha. Bilamana badan anda ringan dan anda sudah mahir dalam sikap padma-asana maka sikap ayam jantan ini tidak akan menimbulkan banyak kesulitan. Duduklah dalam sikap ini selama 30 detik sampai 2 menit. Cobalah membuat beberapa langkah dengan tapak tangan.
- UTTANA – KURMAKA – ASANA (sikap penyu)
Sikap ini dapat menyusul sikap Kukkuta-asana. Duduklah dalam sikap padma-asana, masukanlah tangan diantara lutut dan paha seperti dalam sikap Kukkuta-asana, tetapi kali ini janganlah berdiri diatas tangan, melainkan mencoba memegang tengkuk dan pertahankan keseimbangan sambil bersandar pada bokong dan belakang punggung.
Asana ini memerlukan banyak latihan dan hanya dapat dilaksanakan oleh orang dengan badan ringan dan langsing.
- SIRSA – ASANA (sikap badan terbalik)
Dalam sastra sikap ini dan manfaatnya banyak dibicarakan. Dalam hal ini anda harus berdiri tegak, bukan atas kaki, melainkan atas kepala. Pada permulaan awal anda dapat bersandar pada tembok. Selalu letakkanlah bantal empuk dibawah kepala supaya jangan sakit (dapat pula dipakai selimut atau handuk tebal yang dilipat.
Sebagian dari tekanan badan atas kepala dapat didukung dengan tangan. Dengan latihan sedikit beberapa hari saja, anda sudah dapat berdiri atas kepala. Anda pada permulaan dapat minta bantuan seorang kawan untuk mempertahankan keseimbangan.
Pada permulaan asana ini dilaksanakan selama 10 detik saja (satu vyahrti saptaka), kemudian tingkatkanlah sampai tiga puluh detik. Ada orang yang sudah mahir yang mempertahankan sikap ini sampai lima belas menit, tetapi pada umumnya saya nasehati untuk jangan berdiri lebih dari tiga menit dalam sikap ini. Janganlah memaksa diri. Pada akhir asana ini darah mengalir ke kepala. Sesudah turun dari sikap ini, berbaringlah dalam sikap sava-asana selama lima menit sambil melakukan pranayama perlahan-lahan.
Sambil kembali dari sikap ini anda mungkin merasa pusing sedikit, tetapi hal ini tak perlu dipikirkan dan segera akan hilang.
Tidak perlu bagi anda untuk melatih semua asana ini. Terserah kepada anda untuk memilih asana-asana. Misalnya anda dapat mulai dengan sarvanga asana (satu menit) lalu meneruskan dengan hala-asana sedapat mungkin. Lalu beristirahat 15 detik. Lalu laksanakanlah bhujangga-asana dan lanjutkanlah dengan dhanuh-asana selama setengah sampai dua menit. Kemudian beristirahat secukupnya. Kemudian cobalah pascimottana-asana (satu menit) dan satu atau dua asana pilih sendiri.
Ada ratusan sikap-sikap lagi selain yang diuraikan diatas; anda dapat memikirkannya sendiri untuk melatih tiap bagian badan.
Tetapi perhatikanlah, jangan pernah terlalu memaksa dan melelahkan diri. Kelemahan anggota badan ada batasnya, jangan coba-coba melampauinya. Anda tidak dapat melawan alam. Cobalah untuk berdamai dengan alam; hadapilah alam dengan rayuan, berhati-hati dan cinta.
Potensi (kemampuan) manusia memang benar sekali, tetapi dalam batas-batas yang ditentukan oleh alam bagi anda. Anda adalah hakim diri sendiri. Belajarlah latihan-latihan ini dari seorang yang sudah yang sudah mahir dan berpengalaman dalam melatihnya.
Petunjuk jalan yang paling baik adalah keadaan badan dan kemampuan mental anda sendiri. Badan anda merupakan sebuah peralatan suci sang diberikan kepada kita dengan beberapa kontrol yang perlu diperhatikan. Ingatlah badan ini kepunyaan anda sendiri dan anda mempunyai hak khusus untuk mempergunakannya. Badan ini dapat merupakan sumber kepuasan bagi anda, tetapi dapat pula merupakan neraka bagi anda, bilamana anda melalaikannya atau tidak memperdulikannya.
2.4 RILEKS
RILEKS (mengistirahatkan diri), sesudah melakukan suatu latihan badan yang berat adalah amat penting, bahkan hampir sama pentingnya dengan latihannya sendiri. Dalam masa kita sekarang ini yang teknologi dan ilmiah, kita bergerak dengan cepat dalam segala jurusan dan dengan demikian kita terlalu memaksakan sistem urat-saraf.
Keadaan ini memaksa penggunaan obat-obat penenang, obat tidur, alkohol, pertolongan seorang dokter ahli jiwa, dan sebagainya. Kebanyakan orang zaman sekarang menderita neurasthenia (sakit jiwa ringan) dan akhirnya banyak orang mewndapat sakit jantung, kanker, dan penyakit lainnya. Kita lebih banyak dilelahkan secara mental rohani dari pada fisik (jasmani) maka dari itu kita harus mengetahui cara bagaimana kita harus rileks.
Salah satu sikap yang amat membantu untuk rileks atau istirahat adalah sikap sawa-asana atau sikap mayat. Anda harus bersikap seolah-olah badan anda mati. Berbaringlah di atas punggung dengan kaki lurus. Letakan lengan dan tangan dismping badan.
Tutulah mata dan mulut. Bernapaslah perlahan-lahan, sama sekali jangan bergerak; berikanlah perintah mental (dalam pikiran) kepada semua anggota badan satu per satu, dari jari kaki sampai puncak kepala untuk beristirahat dan rasakanlah keredaan bagian-bagian badan itu satu per satu. Dengan sendirinya hal ini sulit dan memerlukan latihan. Untuk menggiatkan badan dalam sarvanga-asana lebih mudah daripada mendiamkan dan meredakan seluruh badan dalam sava-asana.
Sesudah anda dapat rileks fisik (jasmani) selama satu setengah menit, cobalah kini rileks mental (rohani); kosongkan segala pikiran kalau mungkin, buanglah segala pikiran, terutamayang menggangu; suatu tugas yang tidak mudah. Bilamana anda tak dapat melepaskan sesuatu pikiran, cobalah untuk menggantinya dengan suatu pikiran lain; kenangkanlah kasih sayang Tuhan; atau perbuatan baik seseorang terhadap diri anda, pikirkanlah sesuatu yang mulia. Lambat laun bersikaplah seperti tidur.
Anda mengetahui bagaimana seseorang meninggal dunia, tidak sekaligus, mula-mula kakinya menjadi dingin dan kematian berjalan terus berangsur-angsur dari bawah ke atas. Dalam sava-asana anda harus meredakan segenap badan dalam urutan yang sama, dari bawah ke atas.
Brhadaranyaka Upanisad memberikan uraian berikut mengenai seorang yang meninggal dunia. Dalam bahasa sehari-hari di Indonesia orang sering memakai perkataan “rileks” dalam arti “santai”, tetapi di sini dimaksudkan meredakan diri rohani dan jasmani dengan melepaskan segala ketegangan dan tekanan.
“Bilamana diri ini menjadi lemah dan pikiran menjadi kabur, bilamana demikian, napas-napas berkumpul dikelilingnya. Ia mengambil pada dirinya satuan-satuan tenaga itu dan turun ke dalam jantung. Bilamana pribadi dalam mata pergi dari situ, kembali (ke matahari) maka ia tidak mengenal bentuk-bentuk”,
“Ia menjadi satu”, kata mereka, “ia tidak meliat”,
“Ia menjadi satu”, kata mereka, “ia tidak mencium”,
“Ia menjadi satu”, kata mereka, “ia tidak mengecap”,
“Ia menjadi satu”, kata mereka, “ia tidak berbicara”,
“Ia menjadi satu”, kata mereka, “ia tidak mendengar”,
“Ia menjadi satu”, kata mereka, “ia tidak berpikir”,
“Ia menjadi satu”, kata mereka, “ia tidak meraba”,
“Ia menjadi satu”, kata mereka, “ia tidak mengetahui”,
“Ujung jantungnya menjadi bercahaya. Dengan cahaya itu berangkatlah diri sejati, entah melalui mata, atau melalui kepala, atau melalui bagian badan lainnya.
“Sesudahnya bilamana ia ke luar, kehidupan (prana) ke luar pula, semua napas keluar. Ia menjadi satu dengan kecerdasan. Segala apa yang mempunyai kecerdasan berangkatlah dengannya. Pengetahuannya, karyanya, kecerdasannya yang dahulu (naluri) memegangnya”.
(Brhada, IV, iv.1,2)
James Hewit dalam buku Yoganya telah menguraikan masalah rileks, sebagai berikut:
- Kulit kepala dan dahi
- Mata dan bola mata
- Rahang dan mulut
- Kerongkongan
- Bahu
- Dada
- Bisef (otot lengan atas)
- Bagian perut
- Lengan bawah
- Tangan dan jari-jari tangan
- Pangkal paha
- Kaki dan jari-jari kaki
- Keher
- Punggung atas
- Otot-otot bahu
- Trisef (tulang tangan)
- Bokong
- Otot paha
- Otot betis
Untuk melakukan sikap mayat diberikan nasehat supaya berbaring di lantai diatas sebuah selimut yang di lipat (jadi tanpa memakai bantal). Lepaskanlah segala pakaian yang menekan atau menggaggu. Baiklah berbaring telanjang sama sekali.
Untuk melakukan sikap mayat diberikan nasehat supaya berbaring di lantai diatas sebuah selimut yang di lipat (jadi tanpa memakai bantal). Lepaskanlah segala pakaian yang menekan atau menggaggu. Baiklah berbaring telanjang sama sekali.
Untuk rileks tidak mutlak perlu berbaring. Orang dapat juga rileks sambil duduk diatas kursi, bilamana anda berada dalam mobil atau bis. Tetapi rileks yang demikian itu tidak bersifat meneluruh. Pada waktu malam atau sesudah makan siang, anda dapat rileks dengan memegang buku suci, atau mungkin anda membaca syair, atau anda mengucapkan beberapa baris bagi diri sendiri. Istirahatkanlah semua otot sedapat mungkin. Istirahatkanlah pikiran anda. Cobalah menggunakan beberapa saat untuk rileks dalam kehidupan anda yang amat sibuk. Rileks tidak ada taranya untuk memulihkan seseorang, untuk mengembalikan kekuatannya. Dengan sendirinya tidur nyenyak merupakan rileks yang paling sempurna. Tetapi tidur merupakan suatu keadaan wajar yang setimpal, tidur tak dapat disuap dengan memakai obat.
Sikap paling baik untuk pranayama adalah siddha-asana. Tempatkanlah kaki kiri di antara dubur dan kandung buah zakar. Taruhlah kaki kanan diatas paha kiri. Duduklah tegak dan dengan nyaman. Lepaskan dan istirahatkan lengan dan tangan sekehendaknya sendiri.
2.5 PRANAYAMA
Patanjali memberikan definisi latihan prana atau energi vital yang dibutuhkan oleh setiap individu untuk hidup sehat. Ia hanya memperkenalkan empat (4) teknik pernafasan yang berguna untuk kesehatan, yaitu:
- Menarik dan menahan nafas
- Mengeluarkan nafas dan menahan nafas
- Menahan nafas seketika
- Menahan saat nafas keluar dan juga tahan nafas yang ada di dalam
Empat pranayama ini kemudian dikembangkan oleh para yogi dalam beberapa buku seperti Gheranda Samhita dan Hathayogapradipika, yang menjadi 8 jenis Pranayama.
Apakah Ada Doa atau Mantra dalam Pranayama?
Patanjali maupun teks-teks yang otentik sama sekali tidak diperkenalkan mantra-mantra atau doa-doa maupun kalimat-kalimat tertentu yang harus diucapkan saat melakukan latihan fisik yoga atau Asana hingga nama-nama dalam gerakan badan tersebut menggunakan bahasa Sansekerta walaupun seperti Padmasana yaitu bentuk gerakan badan seperti teratai, Ustrasan: diambil dari onta, Gomukhasan: diambil dari gerakan sapi, Sarpasan: diambil dari ular, Dhanurasan: diambil dari bentuk busur, oleh karena itu latihan fisik yang terdapat dalam teks-teks otentik yoga tidak diperkenalkan doa atau mantra kepada siapapun. Demikian pula gerakan tersebut tidak ada kaitan atau mewakili Dewa, ataupun bentuk pemujaan tertentu melainkan murni merupakan latihan fisik untuk hidup sehat.
Apakah Gerakan-Gerakan Yoga/Pranayama Ini Ada Dalam Buku Suci Hindu atau Pada Buku Veda?
Teknik gerakan Asana maupun Pranayama tidak tertulis pada Veda. Tidak ada satu mantra yang tertulis pada keempat Veda terutama Asana maupun Pranayama sehingga sangat jelas yoga merupakan sebuah metode untuk hidup sehat yang bisa diterapkan oleh siapa saja. Delapan jenis pranayama ini bertujuan untuk melatih pernafasan yang merupakan kunci hidup sehat. Tanpa latihan pernafasan tidak seorang pun di dunia ini mampu mengendalikan pikiran. Filsafat Pranayama adalah semakin manusia belajar teknik pernafasan, nafas semakin panjang dan dalam yang berjumlah 21.600 kali dalam 24 jam. Bila manusia bernafas lebih cepat maka lebih mudah terserang penyakit dan dapat mengurangi umur. Jika bernafas panjang dan dalam maka hidup akan lebih sehat dan tentunya akan berumur panjang.
Apakah Pada Saat Melakukan Pranayama Ada Doa atau Mantra-Mantra Tertentu?
Dalam empat teknik pernafasan yang diperkenalkan Patanjali sama sekali tidak menyebutkan kalimat-kalimat tertentu yang diucapkan, namun dalam teks-teks lainnya seperti Geranda Samhita dan Hathayogapradipika dijelaskan bahwa nafas manusia pun mengeluarkan sebuah kata. Pada saat manusia menarik nafas mengeluarkan suara SO, dan saat mengeluarkan nafas berbunyi HAM. Dalam bahasa Sansekerta SO berarti energi kosmik, dan HAM berarti diri sendiri (saya). Ini berarti setiap detik manusia mengingat diri dan energi kosmik. Anda bisa mengeceknya dengan nafas anda sendiri, apakah pada saat menarik nafas mengeruarkan suara SO dan HAM pada saat mengeluarkan nafas? Dalam teks Gheranda Samhita suara tersebut tidak termasuk dalam kategori mantra karena mantra harus terdiri dari dua baris, dan beberapa kalimat memiliki irama dan susunan kalimat yang sempurna dengan tujuan pemujaan kepada Dewa tertentu.
- Prinsip Pranayama
Nafas Semakin Pendek, Umur Semakin Berkurang
Pernafasan adalah sesuatu hal yang paling penting dalam aspek kehidupan. Sebuah fakta yang sangat mengejutkan bahwa banyak orang biasanya melupakan hal yang penting ini, yaitu “pernafasan” dan hanya mengingat hal-hal yang lainnya. Para Yogi ribuan tahun yang lalu memberdayakan pernafasan. Yogi Gheranda menyatakan “setiap orang dalam kondisi badan yang sehat, menarik nafas sebanyak 21.600 per hari”.
Jika pernafasan dikembangkan melalui latihan Pranayama maka akan bisa membuat umur panjang. Dan apabila menarik nafas sebanyak 21.600 per hari maka umur kita akan semakin pendek. Dalam filsafat yoga dikatakan: selama kita tidak mengerti tentang sistem pernafasan sebagaimana mestinya, kita tidak akan bisa hidup sehat dan berumur panjang. Latihan pernafasan tidak hanya penting untuk tubuh kita melainkan juga membantu meningkatkan ketenagan pikiran. Jika seseorang ingin hidup damai, ia harus melatih pernafasannya. Pada jaman sekarang, dimana hidup penuh dengan tekanan, kita mesti ingat dengan napas kita. Kita terjebak dengan kehidupan yang penuh dengan setres, yang sebenarnya bisa kita atasi dengan cara melatih pernafasan kita secara teratur. Patanjali, pendiri sistem yoga mengatakan, Pranayama adalah bagian penting ketiga dari yoga. Tanpa mendalami latihan Pranayama seseorang takkan mampu membersihkan dan menjernihkan tubuh dan pikirannya. Jika seseorang yang ingin maju dalam meditasi maka Pranayama sangat penting untuk dilakukan sebelum memulai meditasi.
- Manfaat Penting Pranayama
Pranayama merupakan sains tentang bagian dalam dari tubuh yang berkaitan langsung dengan energi kosmis yang memiliki kekuatan energi vital. Energi vital ini dilatih secara keseluruhan setiap pagi oleh para praktisi yoga. Pada saat energi vital ini dilatih dengan benar melalui prana maka kita akan memiliki full energy dan disucikan dengan api suci energi vital prana.
- Latihan Pranayama
Ada hubungan yang sangat penting antara Prana dan pernafasan. Prana tidak hanya masuk melalui pernafasan yang kita hirup, tapi juga terserap melalui chakra-chakra dan semua lubang tubuh kita. Karena itu kita perlu melakukan latihan pernafasan yang benar, sesuai dengan tujuan yang kita inginkan. Sebab lain tehnik pernafasan akan memberikan efek yang berbeda pula. Dalam latihan pranayama ini perlu sekali bimbingan Guru yang berwenang. Sebab tidak sama antara bernafas dengan Pranayama. Pranayama adalah kita melakukan pembersihan tubuh dan penghimpunan energi di dalam tubuh. Perlu tehnik dari Guru. Tiap orang juga memiliki kemampuan dan tehnik tidak sama, karena tiap orang tidak sama kondisi fisik dan mentalnya. Guru akan bisa melihat perbedaan ini. Jadi, jangan coba-coba lakukan tehnik dibawah ini sebelum mendapat tuntunan langsung dari seorang Guru yang terlatih.
Cara berlatih Pranayama, posisi tulang tegak dan rileks, tulang iga di naikan, menarik nafas pelan dan dalam, irama pernafasan yang teratur, waktu istirahat antara pernafasan teratur pula.
- Nadi Suddhana
Sebelum mulai melatih pranayama, kita harus melakukan tahap awal, yaitu membersihkan nadi- nadi halus. Agar pranayama yang kita hirup dapat masuk dengan baik ke jaringan tubuh kita. Hanya dengan demikian saja kita dapat memperoleh manfaat yang besar dalam pranayama. Pada umumnya pembersihan nadi itu merupakan kombinasi antara suatu pola pernafasan tertentu dengan suatu bija mantra Om, kenapa? Karena Om adalah pemberi kekuatan pada setiap manusia. Jadi, Om adalah maifestasi Tuhan atau Ida Sang Hyang Widhi Wasa dalam vibrasi.
Caranya duduklah dengan sikap Padamsana atau Siddhasana, renungkanlah guru mu atau lihat foto guru mu dengan sujud, hormat, dan bakti pada guru mu. Tutup hidung kanan, tari nafas melalui lubang hidung kiri dengan megucapkan bija mantra “OM” 1 kali, tahan dengan Om 4 kali dan keluarkan nafas dengan Om 2 kali, lakukan sebanyak 7 kali putaran. Lanjutkan dengan menutup hidung kiri, tari nafas melalui lubang hidung kanan dengan megucapkan bija mantra “OM” 1 kali, tahan dengan Om 4 kali dan keluarkan nafas dengan Om 2 kali, lakukan sebanyak 7 kali putaran. Dan selanjutnya lakukan silih berganti antara hidung kanan dan kiri. Tariklah nafas melalui lubang hidung kiri (Ida) sambil dalam hati mengucapkan bija mantra ”YANG“ sebanyak 16 kali, diteruskan dengan menahan nafas dengan di sertai pengucapan bija mantra ”YANG“ di dalam hati sebanyak 64 kali, lalu mengeluarakn nafas melaui lubang hidung kanan (pingala) dengan mengcakan bija mantra ”YANG“ selam 32 kali. Api diangkat dari manipura cakar dan dipersatuakan dengan partiwi (alam). Kemudian menyusul penghisapan nafas melalui lubang hidung kanan panggala dengan bija mantra ”HRANG” sebanyak 16 kali, menahan nafas dengan bija mantra ” HRANG“ sebanyak 64 kali, disusul dengan pengeluaran nafas dengan bija mantra ” HRANG“ sebanyak 32 kali. Selanjutnya pandanglah ujung hidung dan bayangkan cahaya rembulan,dan menghisap nafas melalui hidung kiri (Ida) dengan bija mantra ”TRANG“ sebanyak 16 kali menahan nafas dengan bija mantra ”VANG“ sebanyak 64 kali, dan fisualisasikan dirimu dengan nectar (air kehidupan/amerta), lalu di swlisasikan nadi-nadi mu telah di cuci bersih. Lalu keluarkan nafas melalui hidung kanan (pingala) dengan bija mantr ”VANG“ sebanyak 32 kali dan visualisasikan dirimu telah diperkuat.
- Sukha Purwaka
Sukha Purwaka adalah pranayama yang menyenagkan dan ringan, caranya sama dengan Nadi Suddhana, yaitu duduklah dalam sikap padmasana atau siddhasana. Tutup lubang hidung kanan dengan jempol tangan kanan.Menghisap nafas dengan melalui lubang hidung kiri dengan japa OM sebanyak tiga kali. Bayangkan bahwa sebenarnya anda menghisap prana. Lalu tutup lubang hidung kiri dengan jari manis dan kelingking tangan kanan. Tahan nafas dengan bija OM sebanyak 12 kali. Waktu menahan nafas bayangkan prana mengalir ke Muladhara cakra dan membangunkan Kundalini. Lepaskan jempol kanan dan keluarkan nafas melalui hidung kanan (pingala) dengan bija OM sebanyak enam kali.
Ulangi prosedur diatas tapi dimulai dengan menarik nafas dari hidung kanan. Ulangi dengan menarik nafas dari hidung kiri. Demikianlah prosedur latihan itu dilakukan secara bergantian sebanyak enam kali.Ke 6 kali latihan ini merupakan satu badak pranayama. Mula-mula lakukanlah enam badak pranayama dinpagi hari dan enam badak pada malam hari. Perlahan-lahan ditambah hingga 20 badak setiap kali duduk berlatih.Imbang pernafasan yaitu,menghisap,menahan,dan mengeluarkan nafas adalah 1:4:2. Jadi kalau menghisap,nafas lima kali OM,maka menahan nafas 20 kali Om,dan mengeluarkan nafas 10 kali OM.
Perlahan-lahan boleh tambah sendiri penahan nafas itu. Hati-hati melakukan penahanan nafas (kumbhaka),lakukan seenak mungkin, jangan memaksa diri, jangan terburu-buru lakukanlah dengan sabar. Dalam prana yama ini, konsentrasi yang mendalam mengambil baghian yang penting untuk membangkitkan kundalini. Teknik ini bisa dikombinasikan dengan mula bandha.
- Bhastrika
Latihan ini adalah pengeluaran nafas dengan cepat dan keras secara berturut-turut. Caranya duduklah dalam sikap padmasana atau siddhasana. Tutp mulutmu hisap dan keluarkan dengan cepat nafasmu 20 kali secara berturut-turut. Besarkan dan kempoiskan dada kalau mengisap dan mengeluarkan nafas. Setelah 20 kali, hisaplah nafas dalam dan tahan nafasmu selama mungkin dan seenaknya lalu nafas dikeluarkan dengan perlahan-lahan. Ini adalah satu babak dari Bhastrika.
Mula-mula kamu lakukan 10 kali pengisapan dan pengeluaran nafas secara berturut-turut untuk satu babak, jumlah ini kemudian ditambah sesuai kemajuan. Demikian pula namanya menahan nafas, semakin lama semakin terpanjang waktunya, tapi lakukan semua latihan ini dengan seenak dan sempurna. Mula-mula lakukanlah 3 babak untuk permulaan, jika sudah biasa lakukanlah 20 babak pagi hari dan 20 babak malam hari.
Penyebab penyakit
Di dalam tubuh kita memiliki lima jenis prana yang utama dan lima macam sub bagian prana dimana masing-masing prana bekerja sama dan saling berkaitan satu dengan yang lainnya untuk mempertahankan tubuh dalam kondisi yang sehat. Jika terdapat gangguan di dalam tubuh akibat makanan maka prana ini akan segera menempati bagian tubuh tertentu. Akar penyebab dari segala macam penyakit di dalam tubuh adalah ketidak seimbangan energi prana atau energi vital. Prana semacam ini dapat membentuk udara dan mengganggu perut dan pencernaan, sehingga perut bisa menghasilkan gas beracun yang sewaktu-waktu bisa naik ke atas menuju kepala dan mengakibatkan sakit pada bagian kepala, seperti pusing, migren, vertigo, penyakit mata, setres, dan lain-lain. Jika udara itu turun kebagian bawah perut maka akan mengakibatkan penyakit tulang, rematik, dan tekanan darah rendah. Inilah yang menjadi akar dari segala macam penyakit yang ada di dalam tubuh kita, jika prana tidak berfungsi dengan benar. Orang-orang yang menderita perut kembung dan gangguan jantung merupakan korban dari ketidak seimbangan prana ini. Untuk menyeimbangkan sepuluh macam prana di dalam tubuh ikutilah teknik-teknik utama untuk menaggulangi masalah ini. Panjang umur dan sehat ini tergantung pada diri kita sendiri, jika kita bisa mengontrol nafas dengan baik dan mengerti tentang pernafasan maka kita akan hidup sehat.
Bagaimana umur kita bisa berkurang?
Jika seseorang selalu dalam keadaan marah, maka secara otomatis pernafasannya makin cepat. Secara tidak langsung itu berarti telah mengurangi umur secara perlahan-lahan. Sebuah contoh: jika Anda menarik nafas kurang lebih 21.600 kali perhari, tapi pada saat marah maka nafas akan bergerak lebih cepat dari pada biasanya. Itu berarti Anda menggunakan nafas lebih dari 21.600 kali dan Anda telah meminjam nafas untuk hari esok. Inilah yang menyebabkan umur Anda berkurang setiap hari. nafas semakin cepat apabila anda merupakan salah satu korban dari rasa takut, setres, cemas, dan situasi ini juga bisa mengurangi umur. Salah satu faktor penting yang dapat mengurangi umur adalah terlalu banyak melakukan hubungan seks, dimana nafas semakin cepat pada saat melakukan hubungan seks, dibandingkan dalam keadaan biasa. Apabila Anda terlalu sering melakukan hubungan seks maka Anda telah mengurangi umur Anda setiap hari.
Bagaimana cara untuk umur panjang?
Jika seseorang telah melakukan latihan pernafasan secara teratur maka bisa bernafas panjang dan dalam. Berarti jika kebutuhan nafas kira-kira 21.600 perhari, lalu Anda menggunakan 21.000 perhari, maka Anda telah menghemat pernafasan sebanyak 600 nafas setiap hari, jadi lebih lama dan dalam Anda bernafas, maka lebih lama pula Anda hidup dalam keadaan sehat dan panjang umur. Jika seseorang tidak pernah marah dan pikiran tenang serta menbuat dirinya tenang sepanjang waktu, berarti Anda akan mendapatkan umur yang panjang.
Jika Anda mengembangkan kualitas kasih sayang untuk persaudaraan dan kebaikan semua orang, maka secara pisikologi Anda akan merasa nyaman. Mereka yang suka marah, kejam dan mementingkan diri-sendiri. Jika kehidupan seks dapat di kontrol secara teratur dan dapat dikurangi, hari demi hari, maka inilah Yogi sejati yang telah mengatasi pikiran dan menjadi pemenag dari pikiran dan jiwa yang suci. Seorang praktisi yoga selalu melakukan diet vegetarian termasuk melatih tubuh, melatih pernafasan, dan melatih mental, maka hidup terasa lebih sehat dan kita dapat memulai hidup damai dan panjang umur.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Yoga sebagai sebuah cara atau jalan untuk mengendalikan pikiran yang terobyektifkan serta kecendrungan alami pikiran dan mengatur segala kegelisahan-kegelisahan pikiran agar tetap tak terpengaruh sehingga bisa mencapai penyatuan antara kesadaran unit dan kesadaran kosmik.
Asana berarti “posisi yang membuat orang merasa nyaman” – “Sthirasukhamasanam” Asana adalah sejenis latihan yang jika di lakukan secara rutin akan membuat tubuh tetap sehat dan kuat serta menyembuhkan banyak penyakit. Namun asana tidak di resepkan secara umum untuk mengobati penyakit; hanya penyakit-penyakit yang menciptakan halanhngan di jalan meditasi mungkin bisa di sembuhkan melalui bantuan asana tertentu, sehingga sadhana (latihan sepiritual) bisa dilaksanakan dengan lebih mudah.
Sudah jelas kenapa nafas (pranayama) itu sangat penting untuk kita semua. Hidup dalam kondisi sehat dan panjang umur. Marilah kita mulai berlatih pernafasan setiap pagi di saat matahari terbit untuk membersihkan dalam tubuh dan juga pikiran dengan latihan pernafasan yang teratur. pada saat kita mengisi (charge) nafas kita dengan energi vital setiap pagi, begitu halnya Anda men-“charge” H.P Anda. Sendiri sekali anda belajar untuk bernafas panjang dan dalam di kehidpan anda ke sehari-hari, maka secara otomatis Anda telah membersihkan penyakit, seperti penakit yang berkaitan dengan perut, kepala dan juga berkaitan dengan jantung. Semua energi prana yang Anda latih menjadikan Anda sebagai bagian dari energi kosmis Tuhan dan sekali Anda memahami bahwa nafas ini adalah energi tertinggi yang biasa disebut Tuhan atau pun bentuk dan sebutan lainya maka Anda tidak akan melupakan kekuatan hidup, energi vital, energi ilahi dan tanpa anugrah dari energi ini tak satupun bisa bertahan hidup. Dan juga berarti Anda telah memahami diri Anda sendiri.